dc.description.abstract |
Peristiwa bencana tanah longsor di Kecamatan Pasirjambu pada akhir Februari
2010 memakan korban jiwa maupun korban materiil yang cukup besar. Sebanyak 44 jiwa
melayang dan sedikitnya 36 unit rumah tertimbun longsor. Sebelum terjadinya bencana,
peringatan dini memang telah dikirimkan oleh para peneliti ke Pemerintah Provinsi Jawa
Barat mengenai bahaya longsor di Kabupaten Bandung. Penyebab longgsor yang terjadi
di Kecamatan Pasirjambu, dikarenakan curah hujan yang tinggi mencapai 2500-3000,
lereng yang terjal > 40%, jenis tanaman dan pola tanaman yang tidak mendukung
penguatan lereng, getaran yang kuat (peralatan berat, mesin pabrik teh PT Dewata ).
Permukiman di Perkebunan Teh Dewata ini juga tidak layak secara lokasi karena berada
pada kemiringan > 40% dan berada pada ketinggian 1200 Mdpl. Salah satu upaya
rehabilitasi pasca bencana yang dilakukan adalah merelokasi permukiman yang berada
disekitar area rawan longsor. Rencana relokasi permukiman dari Pemerintah Daerah
belum berjalan disebabkan adanya penolakan dari warga masyarakat karena relokasi
permukiman yang disiapkan jauh dari tempat kerja penduduk. Untuk itu diperlukan
arahan alternatif relokasi permukiman masyarakat yang tinggal di Kecamatan
Pasirjambu, yang sesuai dengan kriteria permukiman dan sesuai dengan keinginan
masyarakat sebagai langkah meminimalisasi dampak kerusakan bencana.
Luas daerah secara administratif Kecamatan Pasirjambu adalah 23.661 km2
terdiri dari 10 (sepuluh) desa yang terdiri dari, Desa Cisondari, Margamulya, Tenjolaya,
Mekarsari, Sugihmukti, Cibodas, Cikoneng, Cukanggenteng, Mekarmaju, dan Desa
Pasirjambu. Kecamatan Pasirjambu, memiliki ketinggian yang bervariatif, ketinggian
kisaran 1.000 – 1.500 mdpl. Terdapat beberapa wilayah yang memiliki kemiringan 25 –
40% tersebar di Desa Sugihmukti, Desa Tenjolaya, Desa Mekarsari dan kemiringan
>40% tersebar di Desa Sugihmukti, Desa Tenjolaya, Desa Mekarsari dan Desa Cibodas.
Curah hujan di Kecamatan Pasir Jambu yaitu 0 – 2.000 mm/th, 2.000-2.500 mm/th, dan
2.500-3.000 mm/th. Penggunaan lahan di wilayah Kecamatan Pasirjambu di dominasi
oleh penggunaan lahan untuk kebun teh, yaitu seluas 12.771 Ha atau sebesar 31,4 %
dari total luas penggunaan lahan. Dan hanya 4,79 % yang digunakan untuk pemukiman.
Jumlah penduduk yang tersebar di 10 desa pada tahun 2011 adalah 79.333 jiwa. Dengan
persebaran mata pencaharian yang dominan pada Kecamatan Pasirjambu yaitu
pertanian (6.495 jiwa), industri pengolahan (5.326 jiwa), dan buruh tani (4.959 jiwa).
Panjang jalan yang tersebar di Kecamatan Pasirjambu tercatat sepanjang 146 km,
dengan jenis permukaan perkerasan yang bervariasi mulai dari jalan kerikil, jalan tanah,
batu, aspal hingga hotmix, jalan propinsi, kabupaten dan desa. Adapun moda
transportasi umum yang sering digunakan oleh penduduk yaitu delman dan ojek.
Metode analisis yang digunakan dalam studi ini adalah analisis fisik yang meliputi
analisis daya dukung lahan, kesesuaian lahan pertanian dan permukiman, dan analisis
daya tampung lahan. Analisis kependudukan, meliputi proyeksi jumlah penduduk,
kepadatan penduduk, struktur penduduk menurut mata pencaharian, analisis kebutuhan
sarana permukiman, analisis utilitas yang meliputi analisis jaringan listrik, analisis
jaringan telekomunikasi dan analisis jaringan air bersih.
Adapun hasil akhir dari keseluruhan analisis adalah tersusunnya arahan pola
ruang Kecamatan Pasirjambu yang meliputi kawasan lindung, bersyarat untuk
pembangunan dan kawasan aman untuk pembangunan. Berdasarkan hasil akhir arahan
pola ruang Kecamatan Pasirjambu, didapatkan arahan relokasi permukiman yang sesuai
dengan hasil analisis, yaitu di Desa Cikoneng, Desa Cukanggenteng, Desa Pasirjambu,
Desa Cisondari |
en_US |