| dc.contributor.author | Sari, Mayas Mutias | |
| dc.date.accessioned | 2016-04-29T07:56:19Z | |
| dc.date.available | 2016-04-29T07:56:19Z | |
| dc.date.issued | 2015 | |
| dc.identifier.citation | Fakultas Hukum Universitas Islam Bandung (UNISBA) | en_US |
| dc.identifier.uri | http://hdl.handle.net/123456789/4588 | |
| dc.description.abstract | Invensi di bidang farmasi yang menimbulkan adanya hak eksklusif bagi pemegang paten menyebabkan harga obat-obatan menjadi mahal. Safeguard TRIPs pun tidak berdampak terhadap kebutuhan obat-obatan yang sangat dibutuhkan untuk penanggulangan penyakit epidemik. Hingga akhirnya lahir Deklarasi DOHA yang memberikan fleksibilitas terhadap paten obat melalui compulsory licensing atau lisensi wajib yang kemudian dalam Undang-Undang Paten Indonesia diterapkan melalui pelaksanaan paten oleh pemerintah. Permasalahan yang dikaji bertujuan untuk mengetahui perbedaan istilah pelaksanaan paten oleh pemerintah (PPoP) dan compulsory licensing serta mengenai pelaksanaan paten oleh pemerintah (PPoP) atas obat antiviral dan antiretroviral di Indonesia ditinjau dari Undang-undang Paten dan Deklarasi DOHA. Penelitian ini bersifat deskriptif analitis dengan menggunakan pendekatan yuridis normatif yaitu melalui studi kepustakaan atau kajian terhadap Undangundang Nomor 14 Tahun 2001 tentang Paten dan Deklarasi DOHA. Berdasarkan hasil istilah compulsory licensing dalam Deklarasi DOHA adalah pelaksanaan paten oleh pemerintah (PPoP) dalam Undang-undang Paten. Pelaksanaan paten terhadap obat antiviral dan antiretroviral di Indonesia melalui Undang-Undang Paten, Peraturan Pemerintah No. 27 Tahun 2004, Peraturan Presiden No. 76 Tahun 2012 dan Keputusan Menteri Kesehatan No. 109/MENKES/SK/III/2013 sudah mengacu pada ketentuan TRIPs maupun Deklarasi DOHA. | en_US |
| dc.description.sponsorship | Hj. Tatty Aryani Ramli, S.H., M.H. | en_US |
| dc.subject | Compulsory licensing, pelaksanaan paten oleh pemerintah, obat antiviral dan antiretroviral | en_US |
| dc.title | Pelaksanaan Paten oleh Pemerintah Terhadap Obat Antiviral dan Antiretroviral Ditinjau dari Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2001 Tentang Paten dan Deklarasi Doha | en_US |
| dc.type | Thesis | en_US |