Abstract:
Long distance marriage memunculkan beberapa masalah dalam perkawinan. Ada
beberapa kebutuhan dalam long distance marriage yang tidak bisa terpenuhi,
seperti kebutuhan seksual dan waktu luang bersama. Hal ini akan berkaitan
dengan masalah kepuasan perkawinan. Akan tetapi, ditemukan beberapa suami di
Desa Bogor bisa mencapai kepuasan perkawinan walaupun ada kebutuhan yang
tidak bisa terpenuhi. Hal ini karena suami berusaha menjaga hubungan
perkawinannya dengan melakukan usaha untuk memenuhu aspek-aspek dalam
perkawinannya.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memperoleh kejelasan data korelasi
mengenai keeratan hubungan antara kepuasan perkawinan dengan subjective wellbeing
suami yang memiliki istri TKW di Desa Bogor – Indramayu. Konsep teori
yang digunakan pada kepuasan perkawinan adalah teori dari Fowers & Olson
(1983) dan Subjective Well-Being dari Diener (2003). Metode yang digunakan
dalam penelitian ini adalah metode Korelasi Rank Spearman.Peneliti
menggunakan alat ukur ENRICH Marital Satisfaction (Fowers & Olson, 1989)
untuk mengukur kepuasan perkawinan dan untuk mengukur dimensi kognitif
subjective well-being peneliti menggunakan alat ukur Satisfaction with Life
Scale(Pivot & Diener, 1993) untuk mengukur kepuasan hidup serta Positive and
Negative Affect Scale (Watson, Clark, & Tellegen, 1988) untuk mengukur afek
positif dan afek negatif.Responden dalam penelitian ini adalah 52 orang suami
yang memiliki istri TKW di Desa Bogor - Indramayu.
Berdasarkan hasil pengolahan data,korelasi antara kepuasan perkawinan dan
subjective well-being sebesar 0,794. Artinya ada korelasi tinggi dan positif antara
kepuasan perkawinan dengan subjective well-being.Artinya ada hubungan yang
erat antara kepuasan perkawinan dengan subjective well-being.