Abstract: Smoking behavior is one of health problem in medical students. The aim of this research was to identify the relationship between smoking habits with lip and gingival hyperpigmentation on the students of Medical Faculty Bandung Islamic University. This research was an analytical study using cross-sectional method. The subjects of the research were the students of Medical Faculty of Bandung Islamic University that divided into 29 students smokers and 29 students non smokers.Samples chosen by simple random sampling method. This research is done by analyze the photo of vermilion border of the lip and anterior gingival region. The result showed that most of non smokers and smokers have lip pigmentation (26 and 28 persons). The result of observation on maxillashowed that smokers that smoke 1-10 cigarettes each day have gingival pigmentation grade 4 as many as 13 persons and mandible pigmentation grade 3 are 11 persons. Based on smoking habits and duration of smoking, most of the smokers that have been smoking for 1-9 years have maxilla pigmentation grade 4 as many as 14 persons and mandible pigmentation grade 3 are 11 persons. The analyzis using SPSS with Rank Spearman Test method, showed that there is no relation between smoking habits,duration of smoking (P-Fisher Exact 0.61 and P-Spearman 0.31) due to lip pigmentation. However, relationship between smoking habits, number of cigarettes and duration of smoking due to gingival pigmentation showed significant results (P-Fisher Exact and P-Spearman 0.00). Cigarettes contain nicotine that can stimulate melanogenesis, so that it can cause lip and gingival pigmentations. Abstrak: Merokok merupakan salah satu masalah kesehatan pada mahasiswa kedokteran. Tujuan penelitian ini adalah menganalisis hubungan kebiasaan merokok dengan hiperpigmentasi bibir dan gusi pada mahasiswa Fakultas Kedokteran Unisba. Penelitian ini menggunakan metode survei analitik dengan rancangan studi potong lintang. Subjek penelitian merupakan mahasiswa Fakultas Kedokteran Unisba yang dibagi menjadi kelompok perokok 29 responden dan bukan perokok 29 responden. Sampel dipilih menggunakan metode simple random sampling. Penelitian dilakukan dengan cara menganalisis hasil foto vermilion border bibir dan regio gusi anterior. Hasil penelitian menunjukkan bahwa mayoritas responden yg bukan perokok maupun perokok mengalami pigmentasi bibir (26 dan 28 orang). Hasil penelitian pada gusi rahang atas menunjukkan bahwa perokok yang menghisap 1-10 batang perhari paling banyak mengakibatkan pigmentasi derajat 4 sebanyak 13 orang dan rahang bawah paling banyak mengakibatkan pigmentasi derajat 3 sebanyak 11 orang. Dilihat dari kebiasaan merokok dan lama merokok, mayoritas perokok yang merokok selama 1-9 tahun mengalami pigmentasi gusi rahang atas derajat 4 sebanyak 14 orang dan rahang bawah derajat 3 sebanyak 11 orang. Analisis menggunakan SPSS dengan metode Uji Rank Spearman, menunjukkan tidak terdapat hubungan antara kebiasaan merokok, lama merokok (P-Fisher Exact 0,61 dan P-Spearman 0,31), dan jumlah rokok (P-Fisher Exact 0,66 dan P-Spearman 0,29) terhadap pigmentasi bibir. Sedangkan hubungan antara kebiasaan merokok, lama merokok dan jumlah rokok terhadap pigmentasi gusi menunjukkan hasil yang signifikan (P-Fisher Exact dan P-Spearman 0,00). Rokok mengandung nikotin yang merangsang melanogenesis, sehingga dapat mengakibatkan pigmentasi pada bibir dan gusi.
Merokok merupakan salah satu masalah kesehatan pada mahasiswa kedokteran. Tujuan penelitian ini adalah menganalisis hubungan kebiasaan merokok dengan hiperpigmentasi bibir dan gusi pada mahasiswa Fakultas Kedokteran Unisba. Penelitian ini menggunakan metode survei analitik dengan rancangan studi potong lintang. Subjek penelitian merupakan mahasiswa Fakultas Kedokteran Unisba yang dibagi menjadi kelompok perokok 29 responden dan bukan perokok 29 responden. Sampel dipilih menggunakan metode simple random sampling. Penelitian dilakukan dengan cara menganalisis hasil foto vermilion border bibir dan regio gusi anterior. Hasil penelitian menunjukkan bahwa mayoritas responden yg bukan perokok maupun perokok mengalami pigmentasi bibir (26 dan 28 orang). Hasil penelitian pada gusi rahang atas menunjukkan bahwa perokok yang menghisap 1-10 batang perhari paling banyak mengakibatkan pigmentasi derajat 4 sebanyak 13 orang dan rahang bawah paling banyak mengakibatkan pigmentasi derajat 3 sebanyak 11 orang. Dilihat dari kebiasaan merokok dan lama merokok, mayoritas perokok yang merokok selama 1-9 tahun mengalami pigmentasi gusi rahang atas derajat 4 sebanyak 14 orang dan rahang bawah derajat 3 sebanyak 11 orang. Analisis menggunakan SPSS dengan metode Uji Rank Spearman, menunjukkan tidak terdapat hubungan antara kebiasaan merokok, lama merokok (P-Fisher Exact 0,61 dan P-Spearman 0,31), dan jumlah rokok (P-Fisher Exact 0,66 dan P-Spearman 0,29) terhadap pigmentasi bibir. Sedangkan hubungan antara kebiasaan merokok, lama merokok dan jumlah rokok terhadap pigmentasi gusi menunjukkan hasil yang signifikan (P-Fisher Exact dan P-Spearman 0,00). Rokok mengandung nikotin yang merangsang melanogenesis, sehingga dapat mengakibatkan pigmentasi pada bibir dan gusi.